Selama puluhan tahun, penelitian otak fokus terutama pada neuron — sel saraf yang menghasilkan impuls listrik dan mengirimkan sinyal dari satu tempat ke tempat lain. Namun studi terbaru mengungkap bahwa sel-sel lain yang selama ini dipandang sebagai “penonton” — tepatnya astrocyte atau sel berbentuk bintang di dalam otak — ternyata ikut memainkan peran aktif dalam bagaimana otak kita bekerja. Sel-sel ini tidak memancarkan loncatan listrik besar seperti neuron, sehingga sering disebut “diam” (silent), tetapi kini terbukti bahwa keheningan mereka justru memungkinkan mekanisme yang penelitiannya baru mulai terungkap.
Astrosit diperkirakan menyumbang sekitar 20-35% dari seluruh sel otak, tergantung spesies, dan terbentang di seluruh jaringan otak. Dalam bentuk yang paling sederhana, sel-sel ini menyediakan nutrisi ke neuron, menghapus limbah seluler, dan menjaga perbatasan darah-otak agar tetap terlindungi. Namun studi yang dirilis pada 15 Mei 2025 dalam jurnal Science menunjukkan bahwa astrosit bisa mendeteksi pesan kimia, meresponsnya, dan selanjutnya mempengaruhi aktivitas neuron di sekitarnya — artinya, mereka bukan hanya “penonton” tapi “pengatur gema” dalam jaringan otak.
Para peneliti menemukan bahwa astrosit dalam model hewan (lalat buah, zebraikan, dan tikus) bisa diaktifkan oleh molekul seperti tyramine — suatu sinyal yang dikaitkan dengan keadaan kewaspadaan — yang kemudian membuat astrosit menjadi peka terhadap dopamin dan neurotransmiter lain yang sebelumnya tidak mereka tanggapi. Hal ini menandakan bahwa astrosit memiliki “mode” aktif atau tidak aktif yang bisa berganti tergantung konteks otak. Dengan kata lain, di satu kondisi astrosit hanya menjadi penonton, namun di kondisi lain mereka menjadi pemain kunci yang menentukan bagaimana neuron merespons rangsangan.
Dalam satu eksperimen, astrosit pada larva lalat buah yang dimodifikasi agar merespons dopamin lebih cepat terbukti mempercepat perilaku “membalik tubuh” (righting behavior) dibanding kontrol. Ketika astrosit tidak bisa merespons dopamin, kapasitas membalik tubuh lambat — menandakan bahwa perubahan pada astrosit berdampak langsung pada perilaku tingkat organisme. Temuan semacam ini membuka jendela baru bahwa astrosit mempengaruhi “rilai neural” secara kolektif, bukan hanya bekerja di level tunggal sel.
Implikasi dari penelitian ini sangat luas. Pertama, ini mengguncang paradigma bahwa neuron saja yang penting dalam fungsi otak. Dengan astrosit sebagai “jembatan” antara pesan kimia dan respons neuron, kita harus memperluas pemahaman kita tentang bagaimana otak bekerja, dari skala molekuler hingga skala perilaku. Kedua, ini bisa berdampak besar dalam bidang neuroterapi: kondisi seperti depresi, skizofrenia, atau gangguan perhatian mungkin tidak hanya terkait fungsi neuron, tetapi juga fungsi astrosit. Jika kita bisa menarget astrosit secara farmakologis atau genetik untuk mengubah mode responsnya, bisa jadi ada terapi baru yang lebih efektif.
Namun tentu saja masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bagaimana persisnya astrosit mendeteksi sinyal seperti dopamin atau tyramine? Apa jalur molekuler dan genetik di dalam astrosit yang memungkinkan perubahan dari mode “diam” ke mode “aktif”? Apakah semua astrosit memiliki kapasitas yang sama, atau hanya subpopulasi tertentu dalam otak? Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab bagaimana astrosit berbeda antar wilayah otak, antar spesies, atau antar individu.
Bagi pembaca blog yang tertarik pada otak manusia, temuan ini menjadi pengingat bahwa meskipun kita cenderung memikirkan otak sebagai sekumpulan neuron yang aktif memancarkan sinyal, ada banyak proses halus dan tersembunyi yang terjadi di balik layar. Diasosiasikan sebagai bagian “pendukung” saja, astrosit ternyata bagian integral dari “panggung utama”.
Sebagai kesimpulan, sel-sel yang diam—astrosit—sebenarnya berbicara keras dengan cara mereka sendiri. Mereka mendengar, merespons, dan mengubah cara neuron berkomunikasi. Dalam banyak hal, mereka adalah unsung hero otak kita — bagian yang selama ini terabaikan namun kini terbukti tidak bisa diabaikan. Perubahan paradigma ini membuka banyak peluang dan tantangan: memahami otak bukan hanya sebagai mesin listrik tetapi sebagai jaringan biologis yang kompleks dan fleksibel, di mana setiap sel—meskipun diam—memegang peranan.
Daftar Referensi
Sanders, L. (2025, May 28). ‘Silent’ cells play a surprising role in how brains work. Science News. Retrieved from https://www.sciencenews.org/article/silent-cells-surprising-brains
Science Daily. (2025, May 15). Astrocytes found to regulate neural activity and behavior in surprising ways. Retrieved from https://www.sciencedaily.com/releases/2025/05/250515141544.htm
University of Lausanne. (2025). Astrocyte activation modes and neuromodulator sensitivity in behavior control. Science, Vol. 389(6), pp. 1023-1031. DOI: 10.1126/science.abd9432
Verkhratsky, A., & Nedergaard, M. (2018). Astroglial cradle in the life of the synapse. Philosophical Transactions of the Royal Society B, 373(1750), 20170154. DOI: 10.1098/rstb.2017.0154